Penggunaan Bahasa Jerman sebagai Konkrit Pembelajaran di Kalangan Mahasiswa
Yulianda Putri
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) penggunaan Bahasa Jerman di dalam kelas; (2) hambatan dalam menggunakan Bahasa Jerman dalam kehidupan sehari-hari; (3) upaya pemecahan masalah dalam penggunaan Bahasa Jerman. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data meliputi tempat dan acara, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan analisis dokumen. Teknik analisis yang digunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penggunaan Bahasa Jerman sudah diberikan mata kuliah khusus yaitu sprechen (bicara); (2) sebagian besar mahasiswa berperan aktif dalam mata kuliah sprechen; (3) kendala yang dihadapi dalam penggunaan Bahasa Jerman adalah (a) mahasiswa masih takut untuk berbicara menggunakan Bahasa Jerman; (b) minimnya kosa kata yang dimiliki; (c) pola kalimat yang belum dikuasai. (4) ada beberapa cara untuk mengatasi masalah: (a) membuat kelompok belajar kecil; (b) membiasakan berbicara Bahasa Jerman di dalam dan luar kelas; (c) menyelenggarakan satu hari berbicara penuh Bahasa Jerman di dalam kelas.
Kata kunci: pembelajaran Bahasa Jerman, kemampuan berbicara, sprechen (berbicara)
PENDAHULUAN
Kemampuan berbicara masyarakat Indonesia tergolong masih rendah. Mayoritas masyarakat Indonesia mahir berbicara bahasa daerah masing-masing dibandingkan dengan bahasa nasional dan bahasa asing. Dewasa ini, beberapa negara maju dan berkembang mengharuskan masyarakat nya dapat menguasai minimal satu bahasa asing selain bahasa ibu negara tersebut. Sesudah bahasa Inggris, bahasa Jerman menempati posisi kedua sebagai bahasa asing di Eropa. Dewasa ini terdapat kurang lebih 17 juta orang di segala penjuru dunia yang belajar bahasa Jerman di institusi atau di sekolah. Bahasa Jerman tergolong ke-15 bahasa Germanika, suatu rumpun dalam kelompok bahasa Indogermanika. Bahasa Jerman merupakan bahasa ibu yang paling banyak penuturnya dalam Uni Eropa (UE) dan termasuk kesepuluh bahasa yang paling banyak dipakai di dunia: Sekitar 120 juta orang memakainya sebagai bahasa ibu. Terkait ini, masyarakat mulai menaruh perhatian terhadap bahasa Jerman. Sebagai contoh di Kota Bandung sudah banyak sekolah menengah pertama dan atas juga perguruan tinggi yang memilih bahasa Jerman sebagai kemampuan berbahasa asing selain bahasa Inggris dan Jepang. Maraknya beasiswa yang ditawarkan dan sekolah mitra yang banyak memberikan keuntungan bagi pelajar Indonesia, bahasa Jerman mulai menarik minat para pelajar dan masyarakat Indonesia. Perguruan tinggi pendidikan bergengsi seperti Universitas Pendidikan Indonesia juga mempunyai program pendidikan bahasa Jerman yang mencetak pengajar-pengajar yang berkualitas.
Meskipun banyak pelajar yang tertarik dengan bahasa Jerman, salah satu kendala yang dialami pada sebagian pelajar adalah mempraktekan apa yang telah mereka pelajari, sehingga membuat mereka menjadi pelajar yang pasif. Sedangkan hakikat bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena fungsi bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat dan bangsa dalam segala kegiatannya. Jika sebagai pelajar hanya mempelajari teori nya saja tanpa mempraktekannya kemungkinan besar bahasa yang dipelajari akan hilang dan sia-sia.
Dalam hal ini, menyangkut apakah ada kendala atau tidak dalam pembelajaran sprechen (berbicara) mata kuliah bahasa Jerman dan bagaimana upaya pemecahannya.
Karena itu, penelitian ini difokuskan
pada pembelajaran sprechen (berbicara) mata kuliah bahasa Jerman pada mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia , Bandung.
Berdasarkan latar belakang di
atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: (1) Bagaimanakah
pembelajaran sprechen (berbicara) yang dilaksanakan
oleh dosen di kelas?; (2) Bagaimanakah hasil
pembelajaran sprechen (berbicara) yang telah dicapai
oleh mahasiswa?; (3) Hambatan apa saja yang
ditemui dalam penggunaan bahasa Jerman di luar kelas?; dan
(4) Bagaimanakah cara mengatasi hambatan
Dalam penggunaan bahasa Jerman di luar kelas?
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
ini adalah ingin mendeskripsikan: (1) pelaksanaan pembelajaran sprechen (berbicara); (2) hasil pembelajaran sprechen (berbicara); (3) hambatan-hambatan dalam penggunaan bahasa Jerman di luar kelas; dan (4) cara mengatasi hambatan dalam penggunaan bahasa Jerman di luar kelas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester 1, sedangkan peristiwa yang dikaji adalah pelaksanaan pembelajaran sprechen (berbicara). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015.
Sumber data penelitian adalah informan,
tempat dan peristiwa, dan dokumen.
Penggalian informasi pada informan ditujukan kepada dosen dan mahasiswa.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia , Bandung.
Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam , yang ditujukan kepada dosen dan mahasiswa.
Uji validitas data penelitian menggunakan
triangulasi data, triangulasi metode,
dan reviu informan. Dalam triangulasi
data, peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan/mendapatkan data yang sama, yaitu peristiwa (proses pembelajaran bericara dan kehidupan sehari-hari), dan informan (dosen dan mahasiswa).
Dalam triangulasi metode, peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Perolehan data menggunakan observasi proses pembelajaran sprechen (berbicara) di kelas. Selain itu, peneliti untuk mendapatkan data juga menggunakan metode wawancara dengan informan. Selanjutnya, peneliti melakukan pengecekan silang antara hasil wawancara dengan hasil observasi proses pembelajaran sprechen (berbicara). Hal ini ditempuh dengan cara: (1) membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara dosen; (2) membandingkan informasi yang disampaikan dosen di depan kelas dengan informasi dosen melalui wawancara; dan (3) menganalisis dokumen. Pembandingan
data ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian informasi yang dikemukakan oleh responden dengan fakta di lapangan. Reviu informan dilakukan pada dosen pengampu mata kuliah sprechen (berbicara). Karena itu, data yang sudah diperoleh mulai disusun, meskipun belum utuh dan menyeluruh serta dikomunikasikan dengan informan yang dipandang sebagai informan pokok. Teknik analisis data menggunakan analisis model interaktif . Milles&Huberman (1992: 20) menggambarkan analisis model ini merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu:
(1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3)
penyajian data, dan (4) penarikan simpulan.
Pada tahap pengumpulan data, prinsipnya
peneliti sudah melakukan reduksi data dan
penyajian data sesuai dengan kemunculan
data yang diperlukan. Selanjutnya, hasil reduksi data dan penyajian data dilakukan penarikan simpulan terhadap penggunaan bahasa Jerman di kalangan mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selaras dengan rumusan masalah,
secara berturut-turut dapat dikemukan hasil penelitian berikut ini:
Langkah dosen dalam pembelajaran sprechen (berbicara), antara lain: (1) mahasiswa diminta melakukan
kegiatan membaca secara bersama-sama;
atau salah satu siswa membaca nyaring,
sementara siswa lain menyimak; (2)
siswa berkesempatan menanyakan katakata sukar dalam bacaan; (3) mahasiswa ditugasi membuat dialog sesuai dengan tema yang dipelajari dan menunjukannya di depan kelas.
Hasil wawancara dengan dosen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sprechen (berbicara) dilaksanakan dengan langkah lebih beragam. Langkah dosen dalam pembelajaran sprechen (berbicara) di antaranya adalah: (1) Dosen memberikan materi pembelajaran atau mahasiswa
membaca materi bacaan yang sudah disiapkan dosen; (2) Mahasiswa ditugasi
membuat percakapan sesuai perintah dosen; dan (4) Dosen mengadakan kegiatan evaluasi terhadap perkembangan mahasiswa dalam menggunakan bahasa Jerman dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan yang digunakan oleh dosen dalam pembelajaran sprechen (berbicara) adalah pendekatan komunikatif dan terpadu.
Pemilihan pendekatan komunikatif
dan terpadu ini dimaksudkan untuk mencapai pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta mencapai kompetensi yang diharapkan.
Metode yang sering digunakan oleh dosen adalah metode ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, penugasan, dan diskusi. Dosen dalam memilih berbagai metode dinilai dapat berjalan dengan baik dan efektif sehingga mampu meningkatkan minat dan prestasi mahasiswa dalam pembelajaran.
Dalam upaya meningkatkan atensi pada pembelajaran sprechen (berbicara), dosen telah menggunakan berbagai media, seperti: kartu permainan, gambar, video, kaset, dan melalui pemakaian media ini ternyata mampu meningkatkan daya tarik mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran.
Sumber utama yang digunakan oleh dosen dalam pembelajaran sprechen (berbicara) adalah buku teks Studio D terbitan Katalis.
Karena itu, penggunaan sumber belajar yang beragam dalam pembelajaran merupakan upaya dosen dalam mengembangkan materi ajar.
Selama pembelajaran berlangsung, dosen mengamati peran aktif mahasiswa dalam
pembelajaran, kinerja mahasiswa, dan kreativitas mahasiswa dalam melaksanakan tugas. Akan tetapi, penilaian hasil dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berakhir, yakni memberikan nilai pada hasil kerja mahasiswa selama pembelajaran.
Wawancara dengan dosen diperoleh simpulan bahwa bentuk penilaian pembelajaran sprechen (berbicara) dilakukan melalui tes lisan dan praktik. Penilaian praktik pada keterampilan berbicara, yakni , mahasiswa dibuat dalam kelompok kecil yang berjumah 4 orang dan memperkenalkan diri dalam bahasa Jerman setelah itu mahasiswa mengambil kartu yang terdapat kata dalam bahasa Jerman kemudian membuat kalimat tanya dan perintah dari kata tersebut. Bahan tes kemampuan berbicara diambil dari buku teks terbitan Katalis. Penilaian berbicara dilaksanakan
dengan menggunakan pengkategorian isi,
tata bahasa, kosa kata dan kecepatan saat bertanya dan menjawab.
2. Hasil Pembelajaran Sprechen (berbicara)
Pembelajaran sprechen (berbicara) mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, sudah diarahkan oleh dosen ke penguasaan berbicara dalam bahasa Jerman. Secara umum, mahasiswa dinilai terampil dalam merespon materi yang disampaikan. Pemahaman terhadap dialog pun cukup baik. Pada pembelajaran berbicara, dosen menilai mahasiswa telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Indikator keberhasilan pembelajaran sprechen (berbicara) ini didasarkan pada penggunaan bahasa Jerman di dalam kelas oleh para mahasiswa. Dikatakan oleh dosen bahwa hampir seluruh mahasiswa mampu menggunakan bahasa percakapan sehari-hari dalam bahasa Jerman, seperti menanyakan kabar, identitas dan lain sebagainya. Jadi, apresiasi mahasiswa dalam pembelajaran sprechen (berbicara) cukup baik.
Keberhasilan pembelajaran sprechen (berbicara) juga dapat dilihat dari mahasiswa. Pembelajaran sprechen (berbicara) dipandang berhasil jika mahasiswa banyak berlatih menggunakan bahasa Jerman di luar kelas.
Kegiatan ini dapat diamati melalui perkembangan mahasiswa saat menghadapi ujian mata kuliah terkait.
Demikian pula antusiaisme mahasiswa untuk menggunakan bahasa Jerman sebenarnya cukup besar, tetapi karena keterbatasan media untuk berlatih dan partner yang dapat membantu melatih sehingga antusiasme mahasiswa berkurang dan tidak optimal dalam mengupayakan hal tersebut.
3. Hambatan Pelaksanaan Penggunaan Bahasa Jerman
Hambatan yang berkait dengan
penggunaan bahasa Jerman sebagai bukti konkret pembelajaran sprechen (berbicara), dapat dikemukakan
sebagai berikut. Pertama, mahasiswa mengalami ketakutan dalam menggunakan bahasa Jerman tanpa bimbingan dosen atau teman yang lebih menguasai. Selain itu, mahasiswa tidak dibiasakan untuk berbicara dalam bahasa Jerman sehingga materi yang telah dipelajari kadang hilang karena tidak digunakan.
Kedua, hambatan kurangnya sarana
prasarana pembelajaran serta kurang optimalnya upaya mahasiswa dalam menciptakan lingkungan belajar yang kental menggunakan bahasa Jerman.
Ketiga, mahasiswa masih kurang antusias dalam menggunakan bahasa Jerman karena minimnya kosa kata yang dimiliki dan pola kalimat yang belum dikuasai, sehingga membuat para mahasiswa enggan untuk membiasakan berbicara dalam bahasa Jerman. Tidak ada teman yang menjadi lawan bicar juga menjadi hambatan yang cukup serius.
4. Upaya Mengatasi Hambatan dalam
Penggunaan Bahasa Jerman
Terkait hambatan dalam penggunaan bahasa Jerman, dosen berupaya mengadakan kegiatan sehari penuh menggunakan bahasa Jerman di dalam kelas, bentuk persentase nya 80% bahasa Jerman dan 20% bahasa Indonesia.
Pernyataan tersebut sekaligus untuk menegaskan upaya mengatasi hambatan dalam penggunaan lingkungan belajar secara optimal. Pada prinsipnya dosen telah berupaya meningkatkan pembelajaran sprechen (berbicara) dengan memberikan tugas kepada mahasiswa dan mempraktekannya di depan kelas. Selanjutnya untuk mengatasi menurunnya
minat berbicara bahasa Jerman pada mahasiswa, dosen pun menugasi para mahasiswa untuk membuat kelompok belajar kecil dengan seorang tutor di dalam kelompok tersebut yang sebelumnya sudah pernah belajar bahasa Jerman.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa dalam menggunakan bahasa Jerman dalam kehidupan sehari-hari, sehingga apa yang dipelajari secara terstruktur dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata.
Di samping itu, dosen juga memberikan tugas wawancara kepada orang asing yang dapat berbicara bahasa Jerman.
Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan penggunaan bahasa Jerman mahasiswa makin meningkat sehingga dapat menghasilkan generasi bangsa yang dapat menguasai bahasa asing lebih dari satu.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka hasilnya dapat dibahas secara ringkas berikut ini. Secara umum, pembelajaran sprechen (berbicara) yang dilaksanakan oleh dosen telah sesuai dengan program.
Metode ceramah masih dianggap penting
dan kenyataannya masih tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Metode tanya-jawab juga dilaksanakan sebagai upaya dosen untuk membiasakan mahasiswa menciptakan interaksi di kelas sehingga mampu membuat siswa aktif menyampaikan jawaban, gagasan, atau pun sanggahan secara lisan. Metode demonstrasi, penugasan, dan diskusi juga dapat dilaksanakan dengan baik.
Penggunaan permainan dan simulasi secara langsung juga sudah dilakukan
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa dosen telah menggunakan
berbagai media pembelajaran, misalnya gambar, video dan kartu permainan yang berisi materi pembelajaran bahasa Jerman dan penggunaan media ini ditemui
secara langsung di kelas. Hasil observasi
menunjukkan adanya pembelajaran dengan
media sederhana. Karena itu, dosen diharapkan terus berusaha untuk menggunakan dan mengoptimalkan media yang tersedia, termasuk juga dalam penggunaan sumber pembelajaran. Akan lebih baik jika dosen mampu memanfaatkan media lain yang berkenaan
langsung dengan kehidupan siswa
sehari-hari.
Dosen telah menggunakan alat
penilaian berupa penugasan, tes lisan, dan
kinerja.
Beberapa mahasiswa menunjukkan hasil
pembelajaran sprechen (berbicara) yang cukup berarti,
yaitu tumbuhnya minat berbicara dalam bahasa Jerman dalam menanyakan tugas atau kabar dalam media sosial. Juga mahasiswa lebih berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan bahasa dan mempraktekannya dengan teman di lingkungan pembelajarn. Kosa kata juga dapat dikembangkan bukan saja dari membaca teks, tetapi dari mendengarkan musik dan menonton film atau video.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data, penelitian
ini dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran sprechen (berbicara) pada mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman dilaksanakan
melalui tiga tahapan, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3)
evaluasi. Pembelajaran sprechen (berbicara) yang dilakukan oleh dosen di dalam kelas telah sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran sprechen (berbicara). Namun, dalam pelaksanaannya masih terasa belum optimal, utamanya dalam penggunaan bahasa Jerman di dalam kelas dan kehidupan sehari-hari.
2. Hasil pembelajaran sprechen (berbicara) pada mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, menunjukkan sebagian besar mereka mampu berkomunikasi dalam bahasa Jerman di dalam kelas sesuai dengan tema yang sedang dipelajari.
Kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dan memberi respon dalam bahasa Jerman cukup tinggi dan kemampuan mahasiswa dalam menceritakan atau menjelaskan sesuatu baru menunjukkan pada taraf mampu
mengemukakan dalam bahasa sederhana sesuai contoh.
Sebab, kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan, menceritakan atau menjelaskan sesuatu belum mencapai hasil
yang maksimal.
3. Hambatan-hambatan yang ditemukan dalam penggunaan bahasa Jerman pada mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, antara
lain: (1) mahasiswa mengalami keraguan untuk menggunakan bahasa Jerman disebabkan minimnya kosa kata yang dimiliki dan belum menguasainya pola kalimat; (2) pengaplikasian dalam kehidupan sehari- hari masih sangat kurang; dan (3) media, sarana
dan prasarana, serta penciptaan lingkungan
pembelajaran kurang optimal.
4. Upaya mengatasi hambatan yang terjadi
Dalam penggunaan bahasa Jerman pada mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
dapat dilakukan dengan cara: (1) membuat kelompok belajar kecil; (2) membiasakan berbicara Bahasa Jerman di dalam dan luar kelas; (3) menyelenggarakan satu hari berbicara penuh Bahasa Jerman di dalam kelas. Bertumpu pada simpulan penelitian di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Dosen mata kuliah sprechen (berbicara) Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, supaya memaksimalkan
kegiatan pembelajaran dengan
penggunaan metode yang bervariasi.
2. Mahasiswa semester 1 Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung supaya secara sadar memotivasi diri untuk lebih meningkatkan keterampilan berbicaranya, yakni lebih gemar membaca artikel ringan dalam bahasa Jerman dalam upaya menambah kosa kata. Lebih lanjut, mahasiswa juga diharapkan lebih gemar mengembangkan serta memiliki keberanian untuk menggunakan bahasa Jerman dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup kelas dan lingkungan di luar kelas.
3. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat mematik minat peneliti lain untuk
mengembangkan kajian penggunaan bahasa Jerman lebih lanjut atau dapat menuntaskannya dalam bentuk penelitian lain.
Daftar Pustaka
Milles, Mattew B. &Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif . (TerjemahanTjetjepRohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Tanpa Nama. (2014). ”Bahasa Jerman – Bahasa Asing yang Menarik”. Tersedia: http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/kebudayaan/main-content-09/bahasa-jerman.html yang direkam pada 28 Des 2014.
Tim Dosen MKU Pendidikan Bahasa Indonesia UPI. (2014). Taktis Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: a s a s u p i
Tanpa Nama. (2012). ”Manfaat Belajar Bahasa Jerman“. Tersedia: http://www.alumnieropa.org/manfaat-belajar-bahasa-jerman/ yang direkam pada 30 Des 2014.
Tanpa Nama. (2012). “Belajar Bahasa Jerman”. Tersedia: http://www.daadjkt.org/index.php?belajar-bahasa-jerman yang direkam pada 02 Jan 2015.
Randy. (2013). ”Pentingnya Belajar Bahasa Asing”. Tersedia: http://randyrinaldi.blogspot.com/2013/11/pentingnya-belajar-bahasa-asing_16.html
yang direkam pada 28 Des 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar